Biografi KH Abdullah Syafi'i dan Metode Pengajarannya

KH Abdullah Syafi’i 


 A. Biografi singakat KH Abdullah Syafi’i 


  1. Nama  : KH Abdullah Syafi’i 
  2. Asal     : Betawi 
  3. TTL    : Balimatraman, Jakarta selatan/ 10 agustus 1910 
  4. Wafat : 3 september 1985, Jakarta selatan 
  5. Nama ayah : H. syafi’I bin Sairan 
  6. Nama ibu    : Nona binti sya’ari 
  7. Saudara      : Rugoyah dan Aminah 
  8. Nama istri  : Siti rogayah binti K.H. Ahmad Muchtar, Salamah
  9. Nama anak istri pertama: Abdul Rasyid, Tutty Alawiyah, Abdul Hakim, Muhibbah, dan Ida Farida
  10. Nama anak istri kedua: Mohammad surur, Ainul Yakin, Syafif Abdullah, Mohammad Zaki, Elok Khumaira, Syafi’I Abdullah, Laila Sakinah, Nufzatul Tsaniyah, Muhammad, dan Thuhfah. 


B. Pengantar Faktor yang dipertimbangkan dalam memahami pemikiran seorang tokoh pendidikan yaitu:

- Factor internal yaitu factor yang melekat pada diri seorang tokoh tersebut. Seperti bidang keahlian yang dimilikinya, kepribadian yang melekat pada dirinya, serta kecendurungannya dalam paham agama. 
- Factor eksternal yaitu factor yang berasal dari luar dirinya tetapi sangat kuat pengaruhnya seperti politik, situasi perkembangan social, keagamaan dan factor tradisi yang berkembang di masyarakat.

         Kedua factor tersebut antara satu dengan yang lainnya saling berakumulasi, berinteraksi dan terkadang saling menjauhi. Namun pada sisi lain, terdapat juga tokoh yang memiliki sikap dan pandangan yang berbeda dengan situasi sosial, keagamaan dan politik namun dia tetap berada di daerah tersebut, dengan terus berusaha memperbaiki, mengubah, dan memengaruhi keadaan luar tersebut dengan kemampuan yang dimilikinya. 
       
          Pada bagian ini tokoh yang kita ambil adalah KH Abdullah Syafi’i. Pemikiran, gagasan, dan kiptahnya akan di kaji dalam bidang pendidikan di Indonesia. 

      KH Abdullah Syafi’I ulama berasal dari betawi yang khrismatik termasuk orang yang mempelajari ilmu agama dengan cara rihlah ilmiah, rihlah ilmiah ini yaitu belajar ilmu agama dengan cara bermukim di pondok pesantren dengan megkaji kitab – kitab dengan kiai, belajar bahasa arab, alqur’an dan kaidah – kaidah hukum dan mempelajari ilmi agama dengan cara pulang pergi dari rumah kerumah guru agama. 

      KH Abdullah Syafi’I seorang teoritis dia juga sebagai pendiri lembaga pendidikan di Balimatraman Jakarta Selatan. Beliaulah ulama Betawi yang menganjurkan umat islam untuk mempelajari ilmu umum. Dan dia juga memperkenalkan metode pengajaran yang bertumpu pada tarbiat dan karakter manusia sebagai makhluk yang menginginkan kebebasan dan tidak mau dipaksa – paksa. Di hadapan murid - muridnya dia tidak lah merasa lebih tinggi derajatnya melainkan sebagai manusia dia ingin sejajar dan sering menenyebut dirinya sebagai khadim al-thalabah (pelayan para pelajar). Karena perjuangan dan jasanya dia di amanahkan menduduki jabatan pada lembaga keagamaan yang bergengsi, dan memberikan kritik – kritiknya kepada pemerintah sampai akhir hayat, pemerintah juga menerima kritik – kritik dari dia, dekat dan mencintainya. 

 C. Riwayat Hidup 

          KH Abdullah Syafi’I, lahir di balimatraman, Jakarta selatan, pada tanggal 10 agustus 1910, dan wafat pada tanggal 3 september 1985, Jakarta selatan. Pada usia yang tergolong sangat muda dia bersama orang tuanya melaksankan ibadah haji ke mekkah, dan pada usia 18 tahun dia melamar seorang gadis dan memutuskan untuk menikah dengan gadis tersebut, yang bernama siti rogayah binti K.H. Ahmad Muchtar, seorang wanita terpelajar dan pernah menjadi pembaca Algur’an di istana Negara, hadapan Presiden Soekarno paa tahun 1949. Dari pernikannya tersebut dia di karuniai lima orang anak. 

       Pada tahun 1951 isrti dari KH Abdullah Syafi’I ini di panggil yang maha kuasa/ meninggal dunia. Tidak lama setelah itu anak pertamanya juga meninggal dunia jarak dengan meninggal dunia istri dan anak pertamanya yaitu tujuh tahun. Tidak lama setelah itu dengan didorong oleh kebutuhan teman pendamping hidup, dalam rangka memperjuangkan cita – citanya untuk memajukan masyarakat, dan atas restu dari keluarganya, dia memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang gadis yang bernama Salamah. Dari pernikan yang keduanya tersebut dia di karuniai sepuluh orang anak.

       KH Abdullah Syafi’I sehari – hari panggilanya dengan nama Dulloh, ia juga memiliki bakat untuk berdagang, segabaimana orang tuanya. Bakat berdagang ini terlihat ketika dia menuntut ilmu agama di berbagai daerah, Awal mula ia mengenai pendidikannya, dia memasuki Sekolah Rakyat (SR) selama dua tahun. Setelah itu ia belajar pada ustadz – ustadz. Dengan di dukung oleh sarana dan fasilitas oleh ayahnya, yakni berupa sepeda, dia mendatangi guru – gurunya untuk belajar memperdalam ilmu agama islam ke berbagai daerah – daerah. sambil dia menuntut ilmu agama ia juga mendagangkan barang – barang keperluan masyarakat, seperti songkok dan kain batik. Bahkan masyarakat mengenal dia sebagai ulama yang energik. Pada berbagai daerah tersebut dia melakukan kegiatan dan megaplikasikan ilmu agamanya tersebut seperti memberikan ceramah pengajian ke beberapa majelis ta’lim, kemudian mendirikan dan juga mengelola pendidikan agama yang berkembang secara luas. 

        Ilmu – ilmu agama yang dipelajarinya di bergabai daerah – daerah yaitu, Nahwu, Fiqih, Tasawuf, Tafsir, Ilmu pidato dan Hadist. Dari yang kita baca tentang riwayat hidup KH Abdullah Syafi’I mempelajari ilmu ke daerah – daerah tersebut, memang dia menggunakan cara belajar rihlah ilmiah yang dalam Dunia Islam sudah lama dikenal. Diantara cara belajar yang digunkan KH Abdullah Syafi’I adalah pada setiap hari tidak kurang dari empat jam dia pergunakan untuk membaca kitab dan dilanjutkan membuat catatan kecil yang berupa intisari dari kitab yang dibacanya tersebut. 

          Setelah dia merasa cukup memiliki bakal pengentahuan agama, pada usianya yang sangat muda yai tu 18 tahun, dia mulailah untuk mengamalkan ilmunya tersebut dengan cara mendirikan madrasah bertempat di tanah wakaf yang di berikan oleh ayahnya di kampong Balimatraman. Dalam mendirikan madrasah tersebut dengan semangat dan dorongan ada beberapa pertimbangan yaitu: 
  • Melihat bahwa bangsa Indenesia etnis Betawi masih banyak yang bodoh sehingga secara social ia terpinggirkan. 
  • Madrasah lebih diminati dari pada pesantren.
  • Masyarakat betawi yang umum beragama islam lebih memilih pesantren dari pada sekolah belanda yang amat sulit.
  • Berdirinya madrasah dapat dinilai sebagai respons dari adanya modernisasi yang terjadi di Batavia serta pengaruh dari Timur Tengah, khususnya mesir.
  • Sebagai seorang yang di besarkan di tengah agama Islam tentunya KH Abdullah Syafi’I lebih memilih lembaga pendidikan yang bernuansa Islami. 

        Dengan kariernya dalam bidang pendidikan ini, dia bersama istrinya Rogayah mengajarkan ilmu agama seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlak, dan ilmu – ilmu agama kainnya. dia juga mendapatkan sertifikat dari Rachen Scahf, sebagai pengakuan bahwa dia layak untuk menjadi pendidik di madrasah yang didirikannya tersebut. 

      Kemudian pada tahun 1954 dia mengembangkan institusi pendidikannya dalam bentuk pesantren. Pesantrennya yaitu pesantren putra – putri pesantren tradisional, dan pesantren khusus yatim piatu. Selain itu dia juga mendirikan Sekolah Menengah Umum (SMU), pendidikan kanak – kanak, Majelis Ta’lim, Universitas Islam Al-Syafi’iyah (UIA) di jatiwarigin, poliklinik. Dia selalu saja banyak ide untuk membangun Pendidikan Islam dia tidak pernah berhenti mengawasi pembangunan yang dilakukannya selalu mengawasi para pekerja pembangunan dan selalu teliti dan hemat terhadap bahan – bahan bangunan yang tersisa untuk selalu dimanfaatkan untuk gedung yang sedang di bangun. 

         Selain seorang pendidik yang tekun, KH Abdullah Syafi’I orang yang gemar bergaul dengan tokoh – tokoh masyarakat pada tingkat nasional berbagai etnis, seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Ambon, dalam bergaul dia dikenal sebagai orang yang memiliki kepribadian yang terbuka serta luwes. Dengan sifatnya ini dia memiliki hubungan yang luas hampir seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pejabat tinggi pemerintahan, pejabat militer, ulama besar, tokoh pimpinan organisasi politik, hingga masyarakat yang paling bawah seperti para karyawannya, tukang – tukang batu, yatim piatu, wanita – wanita jompo yang miskin dan sebagainya. 

       KH Abdullah Syafi’I mengabdikan dirinya untuk pendidikan dan Majelis Ulama Indonesia, hingga dia menjadi Ketua I MUI Pusat. Pada tahun 1978 – 1985 dia di amanahkan menduduki jabatan sebagai Ketua Umum MUI DKI Jakarta, dalam masa jabatannya dia tetap bersikap kritis terhadap berbagai kebijakan Pemerintah DKI Jakarta, kritikannya tentang kebijakan pemerintah yang melokalisasi wanita tuna susila, melegalisasi perjudian dan sebagainya. Pada tahun 1982 dia di tunjuk sebagai penasihat MUI Pusat yang pada waktu itu diketuai oleh Buya Hamka. 

         KH Abdullah Syafi’I adalah ulama besar yang selalu memperjuangkan kepentingan umat Islam, semngat dia begitu menggelora untuk membela agama tidak pernah padam dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, bersemangat untuk mengembangkan dakwah, dia adalah seseorang yang sangat yakin terhadap perjuangan menegakan agama Allah SWT. Selain itu KH Abdullah Syafi’I juga dikenal sebagai ulama tawadlu terlihat dari pernyataan dirinya yang selalu bahwa dirinya beraal dari orang pinggiran, namun ia tidak merasa canggung untuk berdialog dan bertukar pikiran dengan semua lapisan masyarakat baik dengan kaum awam maupun kaum cendikiawan. 

     Di tengah kesibukannya yang sangat padat KH Abdullah Syafi’I masih bisa menyempatkan dirinya untuk menulis. Diantara karya tulisnya yang dapat dikemukan adalah: 
  • Al-Muasasat Al-Syafi’iyah Al-Ta’limiyah. Kitab berisikan tentang latar belakang didirikan madrasahnya serta materi pendidikan yang diberikan kepada para siswanya
  • Bir Al-Walidain. Buku berisikan tentang mengajak kepada anak – anak agar menghormati dan berbakti kepada kedua orang tuanya rangka berbakti kepada Allah dan rasul-Nya.
  • Penduduk dunia hanya ada tiga golongan. Buku ini berisikan tentang didunia ini cuman ada tiga golongan yaitu: golongan mukmin, golongan kafir, golongan muafik.
  • Mu’jizat sayiduna Muhammad. Buku ini berisikan tentang bahwa mu’jizat Nabi Muhammad memiliki kelebihan dibandingkan dengan mu’jizat yang dimiliki nabi – nabi lainya. 
  • Al-dinu wa Al-Masjid. Buku ini berisikan tentang hubungan yang erat antara agama dan tempat ibadah (masjid).
  • Madarij Al-figh. Buku ini berisikan tentang pengertian agama, pengertian islam, iman dan rukun – rukunnya dan tentang najis dalam sholat, qunut dan lainnya. 


 D. Pemikiran dan Usahanya dalam Bidang Pendidikan 

         KH Abdullah Syafi’I di samping sebagai praktisi pendidikan dan social kemasyarakatan, juga sebagai pemikir yang terlihat dari sejumlah karya tulis yang disusunnya sebagai teoretisi dan praktisi, teori yang dirumuskannya adalah pengalaman praktiknya. Dilihat dari riwayat hidup KH Abdullah Syafi’I ingin membentuk manusia yang memiliki kualifikasi ulama plus, yaitu seseorang yang benar-benar menguasai ilmu agama dan juga sekaligus ilmu umum. Adapun tujuan pendidikan menurut KH Abdullah Syafi’I untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah membentuk siswa – siswi yang menguasai ilmu pengetahuan agama setingkat Tsanawiyah dan Aliyah, dan pengetahuan umum. Sedangkan tujuan pendidikan untuk pesantren putra – putri adalah menciptakan kader ulama dan zu’ama, pewaris bumi tercinta di masa mendatang.

 E. Materi Pendidikan 

        KH Abdullah Syafi’I memandang bahwa semua ilmu dapat dipelajari baik ilmu agama maupun ilmu umum. Pendidikan islam tidak cukup hanya mengajarkan satu bidang ilmu saja, melainkan juga mengajarkan ilmu umum, bahkan didalamnya termasuk seni dan keterampilan. Namun, materi yang amat ditekannya adalah materi pelajaran agama islam. Pandangan KH Abdullah Syafi’I tentang materi pendidikan tesebut tidak lepas dari tujuan pendidikan yang telah digali dari ajaran Alqur’an dan al-Hadist. 

 F. Metode Pengajaran Metode pendidikan 

       KH Abdullah Syafi’I berdasarkan pada pandangan Alqur’an dan Al-sunnah. Yang terdapat dalam ayat 125 surat Al-Nahl yang intinya berisi ajakan kepada manusia agar mengikuti agama Allah SWT dengan cara bijaksana, berdiskusi, dan ajaran yang baik. Adapun beberapa metode yang dikenalkan oleh KH Abdullah Syafi’I yaitu sebagai berikut:
  • Metode Talqin, pengajaran yang dilakukan dengan system tutor sebaya, yaitu berupaya memanfaatkan peserta didik yang agak pandai untuk membantu temannya yang tertinggal. Cara ini biasa dipakai dalam pengajaran ketrampilan membaca Alqur’an dan pengajaran bahasa.
  • Metode diskusi, pengajaran yang dimulai dengan menjelaskan tujuan pengajaran, bahan – bahan bacaan yang tersedia, permasalahan yang harus dipecahkan. Melalui diskusi yang terarah para siswa menemukan kesimpulan berupa wawasan, konsep, teori, dan sebagainya dari suatu bidang kajian tertentu. Cara ini biasa dipakai dalam pengajaran bidang studi yang membutuhkan ketrampilan berpikir dalam memecahkan masalah.
  • Metode penugasan, metode ini dikulakukan untuk mengulang kembali mata pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Dengan metode ini peserta didik benar – benar menguasai materi pelajaran yang sudah dipelajarinya.
  • Metode pemagangan, metode ini digunakan untuk siswa yang hampir menyelesaikan pendidikannya. Jika siswa tersebut akan bertugas sebagai guru, maka sebelum mengakhiri pelajarannya ia terlebih dahulu berlatih magang menjadi guru. 
  • Metode pengulangan, metode ini digunakan untuk meningkatkan pemahaman para siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan kepadanya. Metode ini dilakukan dengan cara meminta siswa pada setiap kali pertemuan untuk mendemonstrasikan atau mengulangi kembali pengetahuan yang dimilikinya.
  • Metode bimbingan dan teladan, metode ini digunakan dengan cara menampilkan dirinya sebagai seorang ulama yang memberikan teladan pada umat yang ada disekitarnya dan membimbing dan memberikan teladan terhadap anak – anak seperti membangunkan dan mengajak anak – anak tersebut untuk melakukan sholat subuh. 


 G. Tipologi Guru yang Baik 

        Menurut KH Abdullah Syafi’I guru yang baik sangat menentukan keberhasilan pendidikan, tugas guru bukan hanya sekedar menstransfer ilmu kepada otak anak didik, melainkan juga bertugas membentuk karakter, kepribadian dan watak anak didik, untuk itu diperlukan adanya guru yang baik, yaitu guru yang berpaham agama ahl al-sunnah wa al-jama’ah, berakidah yang jelas, bersikap bijak, memiliki jiwa yang ikhlas, dan berilmu serta senantiasa meningkatkan ilmunya. Seorang guru yang baik adalah sosok yang memiliki banyak memiliki pengetahuan tentang ilmu agama Islam, seperti ilmu tafsir Alqur’an, ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu akhlak, dan sebaginya.

H. Perilaku Anak Didik 

        KH Abdullah Syafi’I memiliki pandangan yang sangat mendalam terhadap keberadaan anak didiknya, dan ia adalah seseorang yang patut dicontoh dan diteladani bagi kita semua kaum terpelajar. Bagi KH Abdullah Syafi’I anak didik adalah merupakan amanah yang harus dibina potensinya dan dia juga menginginkan anak didiknya sebagai seorang yang memiliki paham keagamaan ahl al-sunnah wa al-jama’ah, memiliki niat yang ikhlas, memiliki etos keilmuan, berakhlak Islam yang kuat, memiliki keberanian, ketrampilan, keimanan atau kaidah yang kuat, dan akhlak yang mulia. 

       KH Abdullah Syafi’I mengajarkan anak didiknya pada saat memasuki ruang kelas, bacaan pertama adalah membaca akidah mujmalah, yaitu susunan kalimat yang mengandung pujian kepada Allah SWT, meridhai Allah sebagai Tuhan pencipta alam semesta beserta isinya, Muhammad sebagai nabi dan rasul, Islam sebagai agama Allah, ka’bah sebagai kiblat sholat, orang – orang mukmin sebagai saudara, mengimani malaikat, kadar baik dan buruk, membebaskan diri dari agama yang bertentangan dengan agama Islam, mengimani setiap kitab yang diturunkan Allah SWT dan segenap rasul yang di utus-Nya, percaya pada hari akhir dan setiap yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., menyatakan hidup dan mati dalam agama Allah, dan berharap kelak akan di bangkitkan dari hari akhir bersama orang – orang yang beriman tanpa ada rasa takut dan cemas.

I. Kesimpulan 

Berdasrkan uraian, pembahasan dan analisis dari tokoh yang benama KH Abdullah Syafi’I dapat ditarik beberapa kesimpulan: 
  • Keberhasilan KH Abdullah Syafi’I menjajadi seorang ulama sebagaimana bahwa untuk mendapatkan ilmu agama secara luas dam mendalam tidak mesti dilakukan meuntut ilmu di pondok pesantren, melainkan dapat dilakukan dengan system rihlah ilmiah, yaitu menimbaa ilmu pengetahuan dengan pulang pergi dari rumah ke rumah, dan cara menuntut ilmu seperti ini masih berlangsung hingga sampai saat sekarang ini.
  • KH Abdullah Syafi’I sosok ulama karismatik yang pengaruhnya amat luas pada selruh lapisan masyarakat karna ia juga bersal dari kalangan pinggiran, dan pendidikan yang dimilikinya membuat ia dekat dengan sejumlah pejabat tinggi di Indonesia, ia juga melalukan dakwah tanpa mengenal lelah dengan menggunakan radio sebagai salah satu media utamanya, serta usahanya mengunjungi berbagai wilayah yang mengundang kehadirannya.
  • KH Abdullah Syafi’I merupakan sosok ulama yang kepribadiannya terpadu antara unsur praktisi dan teoretisi. Dilihat dari sejumlah lembaga pendidikan yang dikembangkannya mulai dari tingkat yang paling dasar hingga tingkat yang paling tinggi atau unibersitas, sedangkan sebagai teoritis dapat dilihat dari sejumlah karya tulisnya dalam berbagai bidang ilmu agama Islam.
  • KH Abdullah Syafi’I dilihat dari sifatnya, dia memang patut untuk di contoh karna semangat dalam menuntut ilmu dan juga semangat dalam mengakkan agama Allah dan dia juga dikenal sebagai manusia social atau mudah bergaul dengan mulai dari kalangan rendah sampai kalangan paling tinggi,
  • KH Abdullah Syafi’I sebagai seorang teoritis memiliki pandangan tentang berbagai aspek pendidikan, mulai dari aspek tujuan, metode mengajar, kurikulum, guru dan murid yang baik. Metode pendidikan KH Abdullah Syafi’I berdasarkan pada pandangan Alqur’an dan Al-sunnah. Yang terdapat dalam ayat 125 surat Al-Nahl yang intinya berisi ajakan kepada manusia agar mengikuti agama Allah SWT dengan cara bijaksana, berdiskusi, dan ajaran yang baik.
  • KH Abdullah Syafi’I seorang pendiri dan mengembangkan institusi pendidikannya dalam bentuk pesantren. Pesantrennya yaitu pesantren putra – putri pesantren tradisional, dan pesantren khusus yatim piatu. Selain itu dia juga mendirikan Sekolah Menengah Umum (SMU), pendidikan kanak – kanak, Majelis Ta’lim, Universitas Islam Al-Syafi’iyah (UIA) di jatiwarigin, poliklinik.
  • KH Abdullah Syafi’I dikenal juga seorang pedagang dilihat dari riwayat hidupnya ketika dia menimba ilmu ke berbagai daerah – daerah dia juga menyempatkan untuk berdagang untuk kebutuhan sehari – hari masyarakat, seperti batik dan songkok. Dan juga saat dia menjadi pendidik di madrasahnya dia juga mengeluarkan bakat berdagangnya seperti berdagang dari kebutuhan – kebutuhan anak didiknya disana dia juga meraih keuntungan selain mendidik anak – anak didiknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Pemakaian Listrik Setrika Listrik dan Ketel Listrik Otomatis

Penilaian Acuan Patokan (PAP), Penilaian Acuan Norma (PAN), skor Z dan skor T